BANYUMAS – Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) RI bersama Tim Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melakukan pemantauan terhadap penanganan stunting di Kabupaten Banyumas pada Kamis (13/2/2025). Kunjungan ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas program yang telah berjalan serta mendorong edukasi dan pencegahan sejak dini.
Kunjungan ke Berbagai Fasilitas Kesehatan di Banyumas
Tim Setwapres RI mengunjungi beberapa lokasi, termasuk Posyandu Taman Rasam, Puskesmas Purwokerto Barat, Desa Pasir Kulon di Kecamatan Karanglewas, serta Pendapa Pemkab Banyumas. Kunjungan ini juga dihadiri perwakilan dari Bank Dunia dan jajaran Pemerintah Kabupaten Banyumas.
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan dan Pembangunan Sumber Daya Manusia Setwapres, Prof. Dr. Dadan Wildan, menegaskan bahwa laporan hasil kunjungan ini akan menjadi dasar dalam perumusan kebijakan nasional. Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting RI juga akan mengadakan rapat koordinasi untuk menyusun strategi penanganan stunting dalam lima tahun ke depan.
Penanganan Stunting di Banyumas Dinilai Positif
Dari hasil pemantauan, penanganan stunting di Kabupaten Banyumas dinilai cukup baik, dengan peran aktif posyandu, puskesmas, dan berbagai pihak terkait. Namun, edukasi mengenai pencegahan masih harus terus ditingkatkan agar angka stunting bisa ditekan lebih jauh.
“Angka stunting harus terus kita turunkan. Edukasi harus terus dilakukan,” ujar Dadan saat memberikan sambutan di Balai Desa Pasir Kulon.
Pencegahan stunting dapat dimulai sejak dini, yakni dari remaja, calon pengantin, ibu hamil, hingga periode 1.000 hari pertama kehidupan anak. Dengan langkah ini, diharapkan pencegahan bisa lebih efektif dan angka stunting dapat berkurang signifikan.
Pentingnya Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan Faktor Lingkungan
Selain edukasi, pemberian makanan tambahan (PMT) menjadi salah satu upaya penting dalam mencegah stunting. Dadan menegaskan bahwa tidak hanya anak-anak yang perlu mendapatkan PMT, tetapi juga ibu hamil dan keluarga secara keseluruhan.
“Semua elemen yang ada dalam penyelesaian stunting ini harus mendapat perhatian, termasuk ibu hamil, anak-anak, hingga lingkungan sekitarnya,” tambahnya.
Selain faktor gizi, lingkungan yang sehat dan sanitasi yang baik juga menjadi faktor pendukung dalam pencegahan stunting. Oleh karena itu, sinergi antara kebijakan pemerintah dan kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan.
Kader Posyandu di Banyumas Aktif Tangani Stunting
Yulianti Fauziah, Kader Pembangunan Manusia (KPM) Posyandu Desa Pasir Kulon, mengungkapkan bahwa pihaknya terus berupaya menekan angka stunting melalui berbagai program kesehatan masyarakat.
“Penanganan stunting di Desa Pasir Kulon sudah efektif. Kami memiliki posyandu remaja, posyandu balita, posyandu lansia, serta posbindu. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) juga dilakukan secara rutin setiap bulan. Tahun ini, anggaran untuk PMT bagi anak-anak yang terindikasi stunting dari Dana Desa juga ditingkatkan,” ujar Yulianti.
Dari total 218 balita yang ditimbang di desa tersebut, terdapat delapan bayi di bawah dua tahun yang terindikasi stunting. Meski demikian, program yang telah berjalan dinilai cukup efektif dalam menekan angka stunting.
Upaya pencegahan dan penanganan stunting di Kabupaten Banyumas menunjukkan perkembangan yang positif. Dengan edukasi yang lebih masif, pemberian makanan tambahan yang tepat, serta perbaikan lingkungan dan sanitasi, angka stunting di daerah ini diharapkan terus menurun.
Dukungan dari pemerintah pusat, daerah, serta keterlibatan aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam menuntaskan permasalahan stunting di Indonesia.
Sumber: jatengprov.go.id